Penalaran
deduktif adalah metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Faktor
– faktor penalaran deduktif :
1.
Pembentukan Teori
2.
Hipotesis
3.
Definisi Operasional
4.
Instrumen
5.
Operasionalisasi
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.
Silogisme Kategorial
Silogisme
Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial
disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden,
simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan
disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan
disebut premis minor.
Rumus
:
Premis
umum : Premis Mayor (My)
Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Contoh
:
1)
Semua buruh adalah manusia pekerja
(2)
Semua tukang batu adalah buruh
(3)
Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
Kaedah-
kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1.
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term
penengah.
2.
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan
3.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4.
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5.
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7.
Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8.
Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
2.
Silogisme Hipotesis
Silogisme
Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri
atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor
bersifat hipotesis atau pengadaian dengan “ jika …” konklusi tertentu itu
terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan
kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Konditional
hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
3.
Silogisme Alternatif
Silogisme
Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Sedangkan proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain.
Contoh:
Premis
Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis
Minor: Ayah ada di kantor
Konklusi:
Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis
Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis
Minor: Ayah ada di kantor
Konklusi:
Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
4.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan .
Entimen
atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos”
artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk
menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah
entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan
yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk
menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut
Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
5. Rantai
Deduksi
Penalaran
yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak
berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan
beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Contoh
:
a.
Semua plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab
itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah plecing kangkung pedas.
Sebab
itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)
Saya
tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka makanan ini.
Sebab
itu saya tidak memakannya. (deduksi)
b.
Semua jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi jamu.
Sebab
itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah jamu pahit.
Sebab
itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya
tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka minuman ini.
Sebab
itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar